Kamis, 17 November 2011

Jangan Terlambat Pulang



 “De, jangan terlambat pulang ya nak!”
Ini adalah kalimat yang selalu disisipkan oleh Ayah setiap hari sebelum saya keluar rumah.
Iya, setiap hari Ayah selalu mengingatkan saya untuk pulang, padahal kalau dipikir-pikir, tidak di ingatkanpun saya pasti pulang.
Emang mau kemana lagi kalau tidak pulang, kan tidak mungkin saya selamanya berada diluar bukan?

Setelah sekian tahun kalimat itu saya dengar, baru sore ini diperjalanan pulang, diantara hujan deras yang mengguyur kaca mobil saya hingga wippernya kewalahan membasuh, saya tersadar betapa kalimat itu memiliki arti yang Subhaanallah, luar biasa.
Iya, kalimat, “De, jangan terlambat pulang!”
Bukankah makna pulang itu identik dengan kembali?!

Iya, pulang adalah kembali.
Setelah bepergian, saya akan kembali kerumah.
Setelah perjalanan panjang, saya akan kembali kepada pemilik jiwa saya.
Setelah terkena matahari selama puluhan tahun, saya akan kembali ke tanah.
Setelah khilaf demi khilaf saya lakukan, saya kan kembali mencari ampunan, dan begitu seterusnya.
Dan benar, Ayah saya bilang bahwa saya tidak boleh terlambat pulang.
Pulang kepada kebenaran setelah kekhilafan.
Saat hawa nafsu menggelincirkan saya, maka saya harus cepat pulang, cepat kembali. 
Ahh… sungguh perenungan hujan yang indah.
Subhaanallah…!!
Ayah saya memang lelaki terhebat didunia ini selain selain laki-laki yang lain lain.

Ketika saya lupa pulang itu artinya saya nyasar, saya tersesat, dan semakin jauh saya tersesat, semakin jauh saya dari rumah, semakin jauh pula saya dari jalan kembali.
Atau mungkin jika ini saya biarkan dan saya tidak cepat cepat pulang, maka saya akan selamanya tersesat, dan sebelum terlanjur jauh tersesat maka saya harus segera pulang.......
Sungguh kalimat “jangan terlambat pulang” menjadi begini indah.

Yang terpikir oleh saya kemudian adalah bagaimana caranya agar saya tidak terlambat pulang.
Kalau dijalan dan saya tersesat, maka yang pertama kali saya cari adalah “peta”.
Iya, peta adalah pentunjuk jalan.
Dan ketika jiwa saya yang tersesat, dan saya hendak kembali kejalan yang benar maka peta saya tentunya (adalah) Al-Quran dan Hadits (serta ijma'/kesepakatan 'Alim Ulama).
Disana jelas tertulis, dan bukan lagi peta yang masih harus saya duga-duga dimensinya.
Disana tertulis lengkap jalan mana yang harus saya ambil dan jalan mana yang harus saya hindari agak tidak nyasar.
Dan kini peta sudah ditangan, sudah waktunya saya untuk pulang mengikuti peta ini.
Karena kalau saya tersesat kemudian saya malah cari penginapan dan tidur dulu disana, kapan saya sampai dirumah?!
Dan mulai sekarang yang harus saya lakukan adalah tidak lagi kembali ke jalan yang sesat.

Bila selama ini saya membicarakan hal hal yang tidak berguna, maka sudahilah.
Bila selama ini saya berdusta, maka pulanglah dengan mengobati hati dengan kejujuran.
Bila selama ini saya menggantungkan kebahagiaan pada manusia lain, maka berhentilah dan bergantunglah hanya pada ketentuan ALLAH.
Bila selama ini saya mengikuti saja kemana hawa nafsu membawa saya, maka cukuplah sampai disini, dan berhentilah dititik ini kemudian putar arah dan pulang.
Dan semoga saya akan selalu ingat bahwa suka atau tidak suka maka ALLAH akan menyeret saya pulang, napas saya akan berhenti.
Dan ketika napas saya terhenti sementara saya belum juga mau pulang, maka saya akan sangat merugi, didunia tersesat, diakhirat merana.
Dan saya tidak mau ketika pipi saya menempel di liang lahat, saya belum menemukan jalan pulang.
Jadi harus sekarang saya putar arah balik dan kembali kepada yang baik baik, lakukan semua kebenaran dan buang jauh-jauh hal yang akan menyesatkan.

Ayo, putar arah tinggalkan gemerlap dunia yang menyesatkan dan jangan terlambat pulang.
Bacalah peta yang diberikan oleh ALLAH!
Kalau kata peta itu berzina adalah dosa, ya jangan berzina.
Kalau kata peta itu menyakiti dan mendzalimi orang lain itu menyesatkan, yah jangan dijalankan.
Kalau kata peta itu berjilbab adalah wajib, yah dipakailah jilbabnya.
Kalau kata peta itu jadikan ikhlas, sabar, tawakkal adalah jalan yang lurus agar selamat, ya di ikuti tanpa ragu-ragu.......

Jangan peta sudah ditangan tapi tetap nyasar karena peta-nya cuma dipegang tak dibaca.
Ketika peta sudah ditangan tapi kita malah asik mutar-mutar, keliling, dan lebih jauh lagi nyasar, itu artinya akal tidak dipakai.
Dan siap-siaplah yang Punya peta jadi tak peduli.
Mau nyasar, mau jatuh kedalam jurang, mau berkubang dalam dosa, dan apalah namanya, sungguh akan sangat merugilah diri ini.
Seharusnya sedih kalau ALLAH sudah tidak peduli lagi.
Na’udzubillahimindzalik!!

Hati nurani saya ikut nimbrung, “Makanya baca De, baca itu Al-Qur’an!!”





Hidup adalah sebuah perjalanan, tempat persinggahan menuju rumah abadi. Ibarat kita ingin melakukan sebuah perjalanan yang panjang. Hidup di dunia ini adalah tempat mempersiapkan segala kebutuhan-kebutuhan yang akan kita perlukan diperjalanan nanti.
Bayangkan jika kita tidak mempersiapkan apapun, apakah yakin perjalanan kita itu akan lancar tanpa hambatan?!!
Atau malah menemui berbagai rintangan yang itu tak akan kita ketahui?!
Namun sebaliknya, jika kita sudah mempersiapkan segala bekal itu, insya ALLAH semuanya akan berjalan seperti yang kita inginkan.
Lalu sejauh mana persiapan kita di saat kita di panggil pulang menghadap-NYA?!
Sudah siapkah ketika perjalanan itu berakhir, saat DIA datang menjemput tiba-tiba?? 

Wallahu’alam bish-shawab!!

Minggu, 06 November 2011

`•.♥¸.•``•.♥¸.•` Menghormati dan Memanusiakan Seseorang `•.♥¸.•``•.♥¸.•`

Dalam dunia keseharian, rasa tidak dihargai oleh orang lain bisa menjadi masalah besar.
Seringkali seorang bawahan atau rekan kerja atau bahkan atasan berselisih paham dengan kita bukan karena niat berselisih.
Biasanya mereka bisa berselisih karena merasa diabaikan. Tidak diorangkan atau tidak di anggap!

Seurieus kan sudah bilang, "Rocker juga manusia, punya rasa punya hati. Jangan samakan dengan pisau belati.........."

Jika kita ingin menilai seseorang, nilailah bahwa tiap orang pada dasarnya ingin dihargai.
Jika seseorang berbicara panjang lebar mengenai suatu topik, hargailah dia.
Karena dia ingin di pandang sebagai seseorang yang menguasai suatu materi.

Jika seseorang melakukan sesuatu namun masih kurang berhasil, hargailah.
Karena dengan menghargai pekerjaannya, kita bisa membantu dia untuk bisa berhasil.

Jika ada bawahan atau rekan kerja atau atasan berselisih paham dengan kita, cobalah menempatkan diri kita dalam bingkai pemikiran dia.
Seperti halnya kita tidak mau di anggap enteng (under estimate), demikian halnya dengan orang lain.
Seperti halnya kita belum tentu mau dianggap salah, demikian juga orang lain.
Siapapun dia, pastilah ingin dihargai dan dimanusiakan.
Tidak memandang pekerjaan, SARA, asal muasal, orang tua, pangkat, kedudukan dan hal lainnya, orang pada prinsipnya ingin dihargai.

Jika kita mau memandang seseorang dalam bingkai penghargaan, respon positif orang lain tentunya akan positif.
Jangan khawatir jika respon yang didapat masih negatif.
Mungkin masih ada pendekatan yang kurang atau situasi yang kurang tepat agar tujuan kita bisa tercapai.

Jika ada seseorang berbuat kesalahan, mungkin ada masalah yang mendera pikirannya.
Rasa simpati dan pandangan menghargai akan sangat membantu kita dalam berhubungan dengan orang lain. 



Hargailah seseorang!! 
Nantinya penghargaan yang sama akan kembali kepada kita sendiri.



Menghormati dan Memanusiakan Seseorang

Jumat, 29 April 2011

Untuk Kau Bahagia



Tenang saja, tidak perlu cemas
Aku akan menolongmu
Santailah, jangan lagi gelisah
Aku akan berlari menyongsongmu

Setiap kata dan perbuatan yang aku lakukan
Semata hanya untuk membuatmu bangga
Aku akan hidup, dan menghidupimu
Aku akan bahagia, dan membahagiakanmu

Kau akan senang selamanya
Dan aku berjanji, tidak ada lagi air mata
Semua ini demi engkau, serta kita
Demi kebahagiaan yang tak pernah kau bayangkan

Maka, lihat dan rasakan, berjuta bintang akan kuberikan
Maka, dengar dan renungkan, semua harapan akan kuhadiahkan untukmu.....
Agar kau tidak jenuh dengan kehidupan
Agar kau tidak sedih dengan kematian

Karena engkau, aku bahagia
Maka rasakanlah kebahagiaan yang telah kau taburkan
Karena engkau, aku hidup
Maka renungkanlah kehidupan yang telah kau semaikan

Bahagia selamanya
Selamanya bahagia
Untukmu.....

Rabu, 06 April 2011

ENGKAU YANG PERTAMA (tapi mungkin bukan yang terakhir)

Andainya aku punya kesempatan
Untuk bertemu kamu lagi
Ingin aku katakan padamu
Sesungguhnya engkaulah cahaya hidupku dimasa lalu
Engkaulah yang memberikan sinar kebahagiaan dalam hidupku

Ingin aku nyatakan padamu bahawa engkaulah segalanya bagiku
Agar engkau mengerti
Apa yang terjadi bukan ku pinta
Apa yang engkau fikirkan adalah dusta
Apa yang kau hajatkan dariku adalah nyata

Namun......
Andai engkau tidak mengerti
Masih lagi menyalahkan aku atas segalanya
Menjadikan aku sebagai penyebab segala yang terjadi
Akan aku menerimanya dengan hati yang terbuka
Aku ridha segala-galanya
Walaupun sukar untuk aku menerimanya
Namun aku tetap akan tabah menghadapinya

Engkau, yang dulu aku sayangi, aku cintai
Dengan sepenuh jiwa dan setulus hatiku
Yang aku harapkan untuk menjadi permaisuri hidupku
Yang aku harapkan akan bersama dalam susah dan senang
Yang aku harapkan akan setia, jujur dan percaya sepenuhnya terhadapku

Dan aku......
Yang dulu engkau anggap aku adalah segalanya bagimu
Yang engkau selalu menagih kasih sayang
Yang engkau telah berjanji setia bersamaku
Yang engkau katakan bahawa akulah cintamu

Tapi......
Sekelip mata engkau berubah
Hanya kerana prasangka
Hanya kerana engkau memikirkan sesuatu yang tidak pernah terjadi
Hanya kerana engkau merasakan aku curang padamu
Dengan prasangka itu
Engkau jadikan alasan untuk pergi meninggalkan aku
Sendirian tanpa aku tahu apa sebabnya
Tidak aku ketahui mengapa itu yang terjadi

Akhirnya, aku sadar......
Engkau pergi karena dia
Karena insan ketiga yang hadir dalam hidupmu
Yang sentiasa berada didepan matamu
Yang engkau rasakan dia lebih baik dariku
Yang engkau rasakan mampu berikan segala-galanya padamu

Kini, aku sadar......
Segala yang terjadi adalah perancanganmu
Dan segala yang engkau katakan itu semuanya dusta
Aku sadar siapa diriku
Insan yang tak punya apa-apa
Hanya ada secebis cinta didalam hati yang benar-benar ikhlas mencintai insan lain
Aku tak punya kemewahan duniawi untuk aku berikan padamu
Aku tak mampu menandingi dirinya

Namun, aku tahu......
Jauh disudut hatimu
Engkau masih mencintai aku
Masih menyayangi aku
Karena itu yang engkau ungkapkan padaku
Karena hingga kini engkau masih mencari aku

Walaupun tak pernah aku menerima kehadiranmu kembali
Namun engkau terus memburuku
Untuk apa...??!

Sadarlah......
Engkau telah menjadi miliknya
Akan bersamanya untuk selamanya
Usahlah engkau memburuku lagi
Karena aku telah melupakanmu dalam ingatanku
Cuma aku tak mampu menghilangkan cintaku padamu
Tapi aku tidak pernah mengharapkan engkau kembali
Karena aku tahu, engkau bukanlah untukku

Pergilah engkau tanpa rasa bersalah
Karena aku telah memaafkan segalanya
Dirimu kini hanyalah bayangan yang pernah hadir dalam hidupku
Izinkan aku untuk mendoakan kebahagiaanmu bersamanya
Izinkan aku untuk hidup tanpa bayanganmu
Izinkan aku pergi dengan hati yang kosong tanpa ada lagi rasa cinta padamu
Dan maafkanlah aku andainya aku menyakiti hatimu
Sesungguhnya itulah yang terbaik untukmu yang mampu aku lakukan

Hilangkan rasa bersalah dalam dirimu terhadap aku
Jadikan itu sebagai kenangan lalu yang tak punyai arti
Janganlah engkau sia-siakan kehidupanmu kini

Biarkan aku......
Aku akan tetap disini
Menanti dan terus menanti
Satu sinar baru yang akan hadir menyerikan hidupku
Yang akan memberikan kebahagiaan dalam hidupku


Terima kasih ku ucapkan
Karena engkau telah mengajarku arti cinta
Karena telah membawa aku ke alam cinta yang begitu indah

Terima kasih atas segala-galanya
Aku masih disini......

**nukilan buatmu yang pernah kucintai......